Langit


.

Ah, ternyata aku salah faham ya. Tapi aku terlanjur jatuh padamu. Andai kau tidak memberi tahuku bagaimana cara untuk men-cemburu-i, mengajariku untuk memahami, membuatku merindu setiap hari, dan menyuguhkan arti dari kata 'cinta' yang selama ini tidak kumengerti, aku tidak akan begini.
Bukan. Aku tidak sedang menyalahkanmu. Aku hanya merutuki diriku sendiri karela terlalu naif. Terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa kau juga merasakan hal yang sama denganku.
Pantas saja, belakangan ini kau tidak Damai. Padahal yang ku kira Damai-mu (aku) masih baik-baik saja. (Maaf bila lancang menobatkan diriku sendiri sebagai Damai-mu, aku tidak tahu kalau kau tidak menghendakinya). Tapi pada kenyataannya, kau tertutupi oleh awan hitam yang menggumpal, nampak suram. Dari situ aku mengerti, Damai-mu bukan aku.
Aku juga ingin bersembunyi dibalik mendung, sepertimu. Dan mungkin kemudian, aku akan menemukanmu, mungkin.
Merindukanmu dengan ke-damai-an. Aku tidak tahu siapa yang menjadi Damai-mu, Langit. Meskipun itu bukan aku, tapi ku harap kau cepat menemukannya kembali.
Dari aku (seseorang yang sebelumnya menyebut diri sendiri sebagai Damai-mu) yang merindukanmu (Langit) penuh ke-damai-an (siapapun yang pada akhirnya kau nobatkan sebagai Damai-mu).

Your Reply