Perjalanan Sepotong Rindu


.


Ini tulisan lama

                Waktu akan terus melangkah, tanpa peduli bagaimana manusia menyikapinya. Entah itu menyusuri jejak langkahnya atau bahkan diam ditempat dan membiarkan dirinya sendiri terpenjara oleh suatu waktu bernama ‘masa lalu’.
                Manusia tidak akan pernah bisa menjerat masa lalunya. Kemudian, menyimpannya dalam sebuah toples bening agar bisa dinikmati setiap hari. It’s impossible thinks.
                Begitu pula aku yang beberapa waktu lalu kehilanganmu. Ah, memori-ku akan menjadi seperti terserang virus bila itu tentangmu. Melupakan sosokmu adalah hal mustahil yang tidak akan ku lakukan. Tapi untuk saat ini, otakku sedang error. Seolah ada yang memformat habis semua tentangmu. Senyummu, wajahmu, suaramu, semua hilang. Semua hal yang tidak ingin ku lupakan. Hal-hal yang ingin tetap ku simpan sekalipun waktu meninggalkanku. Namun semua terbakar oleh kebiasaan yang menciptakan kebutuhanku akanmu. Yang kini mengharuskanku untuk terus mencarimu. Aku merindu.
                Sepertinya, aku akan gila. Tidak, aku memang sudah mulai gila sejak mengenalmu. Melibatkanmu dalam setiap unsur diriku, membuatmu menjadi teramat penting. Menobatkanmu sebagai oksigen yang memenuhi paru-paruku. Kau itu candu, yang sudah terlanjur kukonsumsi dan berakibat fatal dalam hidupku. Kau mencandu, aku kecanduan. Aku membutuhkanmu.
                Mungkin, aku tidak akan seberani ini. Menyatakan bahwa kau oksigen-ku. Jika saja kau tidak memintaku untuk merubah sebutan kau dan aku menjadi ‘kita’, aku tidak akan seberani ini.
                Ini adalah sebuah pengakuan yang seharusnya memalukan bila dilakukan oleh orang yang waras.tapi saat ini aku sedang gila karena kau menjelma menjadi narkoba yang meracuni pikiranku.
                Aku merindukanmu sepanjang waktu. Memikirkanmu bahkan saat kau ada bersamaku.
                Sekarang, aku sudah benar-benar lupa bagaimana wajahmu. Walaupun berlembar-lembar foto yang kata orang adalah kau telah kupandangi, aku tetap lupa.
                Kebutuhan akanmu semakin menekanku untuk menemukanmu. Sebenarnya, kau dimana? Kenapa menghilang? Kau menyiksaku!
                Kau sangat menyebalkan. Meninggalkanku sepertin ini, membuatku susah untuk bernafas. Nafasku sudah lelah. Aku harus menemukan oksigen-ku. Dan ketika pada titik ini aku tetap tidak bisa menemukanmu, aku akan membangun kembali sebuah ketidak mungkinan yang akan kupelihara sebagai harapan. Dapan mengemasmu dalam balutan masa lalu kita dan menyimpannya pada sebuah toples bening. Aku bersedia terikat pada masa lalu.
                Rinduku masih menjajaki waktu untuk menemukanmu.


Berusaha menemukanmu,
14 Februari 2012

Your Reply