“Membacalah! Karena membaca sangat bermanfaat bagi kehidupan kita”
Mungkin kalimat yang
tercetak miring di atas sudah ‘menjamur’ dan tergolong kalimat bergelar
‘pasaran’ karena terlalu sering di ‘obral’.
Basi. Sudah banyak diperdengungkan, namun jarang dilaksanakan. Ya,
seperti itu lah realitanya. Entah karena terlampau sering dikatakan atau apa,
aku sendiri tidak mengerti kenapa wejangan
ini sering di anggap angin lalu belaka. Masuk telinga kanan keluar telinga
kiri.
Dulu
aku juga begitu. Tidak mempunyai sedikit pun niat untuk membaca, jangankan
membaca melihat buku-buku yang ketebalannya sampai ber-cm-cm saja aku malas.
Hanya dengan melihatnya.
Ini
disebabkan karena dari kecil keluargaku memang tidak mengajarkan budaya
membaca. Orang tuaku tidak peduli dengan apa itu membaca, dengan apa manfaat
atau kegunaannya. Bukan sebuah kepentingan memikirkan atau membicaran masalah
membaca bagi mereka. Bukan dunia mereka. Aku lahir di keluarga yang, ya,
seperti tu. Maka, terciptalah aku yang seperti itu pula. Persetan dengan
membaca, apa peduliku? Tentu saja, semua uraianku di atas mengecualikan
sesuatu, yaitu Al-Qur’an. Sebaliknya, kalau ini malah merupakan bacaan wajib
keluargaku, umat Islam. Selain itu, orang tuaku masih pernah menyuruhku membaca,
buku pelajaran.
Coba
saja, cari buku bacaan apa yang bisa ditemukan dirumahku. Aku berani bertaruh,
tidak akan menemukan buku lain selain buku pelajaranku, buku panduan
menggunakan kulkas, handphone dan alat-alat lain yang memiliki buku panduan. Keluargaku
tidak pernah membeli koran atau bahkan majalah. Mereka menyerap informasi dari
televisi. Televisi memang lebih menarik dari pada koran. Ada suaranya, ada
gambar yang bisa bergerak pula. Bila dibandingkan dengan koran yang
membosankan. Tapi tetap ada, saat-saat dimana koran terdampar dirumahku. Saat
aku mendapatkan tugas membuat kliping dari guruku. Aku akan membeli atau paling
tidak meminta koran bekas dari tetanggaku untuk kupotongi dan kutempel beberapa
kolomnya dalam kertas lain sebagai hasil tugasku.
Saat
itu, aku juga masih tidak tertarik untuk membaca. Yang kulihat hanya
gambar-gambarnya saja. Sedangkan untuk menentukan tulisan mana yang akan
kukliping, tinggal menengok judulnya.
Aku belum tahu pasti,
apa yang disebut dengan ‘manfaat’ dari membaca. Sekedar tahu isinya? Mungkin.
Mendapat pujian dari teman karena berhasil menyapu habis setiap kata yang
berbaris rapi dalam ratusan lembar kertas? Bisa jadi. Dapat mengerjakan tugas
kliping? Oh, aku bahkan hanya membaca judulnya. Lalu apa lagi? Entahlah,
pikirkan sendiri. Yang pasti aku tidak membaca, tidak suka, karena aku tidak
tahu untuk apa aku membaca.
Namun lonjakan
besar terjadi padaku saat duduk dikelas tujuh SMP. Seseorang, seorang guru
memaksaku dan semua teman sekelasku untuk membaca. Menerjunkanku kedalam dunia antah berantah imajinasi membaca. Mau
tidak mau, aku harus membaca. Minimal satu buku setiap minggunya. Tugas berat.
Kenapa beliau tidak memberi kami tugas untuk mengerjakan seratus soal tiap
minggunya saja? Itu lebih baik. Alasannya sama “Karena membaca memiliki banyak
manfaat untuk kita,”. Tapi beliau tidak menjabarkan apa makna ‘manfaat’ itu.
Hanya mempertegas sanksi bila tugas tersebut tidak dilaksanakan, yaitu tidak
diperbolehkan mengikuti jam pelajaran beliau.
Tapi karena pada
dasarnya aku adalah pekerja keras yang selalu berusaha mewujudkan apa yang
kuinginkan dan menyingkirkan apa yang menggangguku, aku berusaha
membaca-padahal sebenarnya tidak membaca-tapi tetap tidak dikeluarkan dari
kelas beliau.
Untuk pertama
kalinya, aku masuk ke perpustakaan sekolah, saat itu. Banyak rak-rak terjajar
rapi, tentunya dengan puluhan buku didalamnya. Aku terperangah, siapa yang
hendak membaca semua buku-buku ini? Melihat satu persatu rak tersebut, mencari
kelompok buku ‘sastra’ yang telah direkomendasikan oleh guruku. Aku mencari
buku paling tipis dari segi halaman disana. Yang ku temukan bertulis: Sherlock
Holmes. Tapi bukan itu yang menjadi pilihanku, karena aku memutuskan untuk
meminjam buku: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Kupikir, dengan meminjam buku
ini aku akan dianggap membaca. Bagaiman tidak, tanpa membacanya saja aku telah
katam dan hafal di luar kepala tentang isi dari masing-masing cerita rakyat
itu.
Minggu pertama
terselamatkan oleh Cerita Rakyat Nusantara. Minggu ke-dua? Harus meminjam buku
yang mana lagi, yang bisa membuatku tidak perlu membaca tapi tetap selamat dari
pengusiran pak guru. Akhirnya aku mangambil buku yang seharusnya menjadi buku
pertama yang ku pinjam. Ya, salah satu seri dari Sherlock Holmes. Buku paling
tipis.
Aku mulai
membaca, walau hanya sinopsisnya. Kalau tidak begitu akan ketahuan kalau aku
tidak membaca, saat guruku bertanya tentang garis besar buku itu dan aku tidak
bisa menjawab. Tapi ternyata dugaanku salah. Membaca sinopsisnya saja tidak
cukup dan malah membuatku penasaran akan isinya. Inilah kali pertama kau
mempunyai niat untuk membaca buku. Kusadari satu hal, buku yang tipis dari segi
halamannya bukan berarti tipis bobot kualitanya. Aku harus membaca Sherlock
Holmes itu berulang-ulang hingga akhirnya aku paham.
Ketika itu, aku
mulai berubah. Ada sesuatu yang lebih yang bisa mendorongku untuk membaca. Rasa
penasaranku terhadap orang-orang hebat yang mampu merangkai kata sedemikian
rupa. Membiusmu masuk kedalam dunianya.
Aku mulai suka
membaca, dari buku-buku tipis hingga yang tebalnya ber-cm-cm habis kubaca. Aku
sangat mengagumi orang yang berprofesi sebagai penulis. Ini karena aku membaca
novel tulisan Dee (Dewi Lestari) yang berjudul Supernova-Akar. Aku sendiri
tidak mengerti kenapa aku suka. Padahal, saat itu aku adalah orang awan yang
baru terjun pada dunia membaca dan belum dapat memahami apa yang dituliskan Dee
pada novelnya (Supernova-Akar) itu. Tapi aku suka dan tetap kubaca. Masih
karena karya Dee, kali ini yang berjudul Perahu Kertas. Menarik, tidak se-njelimet Supernova, lebih ringan tapi
tidak kalh berbobot. Mungkin karena sering membaca novel-novel berat seperti
itu, aku tidak begitu suka denagn teenlit
dan sebangsanya yang menurutku terlalu kekanakan, tapi tetap saja aku
membacanya. Hanya sekedar untuk pembanding dan mencari tahu seperti apa model
tulisan penulis A atau B. Dan karena aku sudah mengatamkan mulai dari buku-buku
berbobot ringan hingga yang sulit dicerna, itu membawa dampak dan
memperlihatkan ‘manfaat’ yang selama ini kupertanyakan.
Aku yang dulu
terlalu takut untuk berbicara di depan umum mendapatkan keprcayaan diriku dari
buku yang kubaca. Bahkan sekarang menjadi sulit berhenti bicara. Mendapat
banyak kosa-kata baru. Lebih mudah memahami setiap pelajaran atau sesuatu yang
baru kutemui. Bahkan tidak jarang kesukaan membacaku itu membawa makanan
gratis, atau dalam bahasa lain aku bisa menhasilkan uang lewat membaca. Apa
lagi yang harus kutulis? Sebenarnya sudah sangat banyak ‘manfaat’ yang
kurasakaan. Sehingga aku justru bingung akan menuliskan yang mana.
Lagi, aku dapat
tergabung dalam OSIS sekarang juga karena kecakapan berbicara yang kuperoleh
akibat membaca. Mendapat juara dalam beberapa lomba menulis (surat, artikel,
puisi) juga karena aku mempelajari cara-cara menulis dari penulis yang bukunya
pernah kubaca. Mendapatkan job sebagai pembuat naskah dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan baca-tulis juga karena membaca. Tapi yang etrpenting, aku
bisa menyukai dan belajar menulis karena membaca. yang sebelumnya tidak pernah
terpikir olehku.
Tapi karena
membaca pula aku mendapat kesulitan, dari orang tuaku. Mereka tidak suka aku
membaca. pemikiran mereka sama denganku saat belum mengicipi asyiknya dunia
membaca. Tapi lagi-lagi masalah ini terpecahkan karena membaca itu sendiri. Aku
menunjukkan pada mereka kemampuanku, bakatku yang mulai muncul seiring
perjalananku membaca. Juga menceritakan banyak hal, yang tidak mereka dapatkan
dari televisi. Hingga mereka menganggapku cerdas dan memperbolehkanku membaca.
Tidak hanya itu,
‘manfaat’ lainnya dalah kita bisa menyelesaikan masalah dari bacaan yang kita
baca, seperti yang telah kutulis dalam paragraf sebelumnya. Memang,
‘manfaat’ yang satu ini tidak muncul
secara langsung. Namun ‘manfaat’ dalam bentuk inilah yang dinamakan benar-benar
‘manfaat’ dari membaca. dapat mengaplikasikan apa yang ada didalam imajinasi
dalam kehidupan sehari-hari. Menarik bukan? Mungkin masih ada juga ‘manfaat’
membaca yang datangnya tidak langsung dan belum terjadi padaku, jadi aku tidak
bisa menjabarkannya. Dan bisa jadi ‘manfaat’ itu anda rasakan bila anda
membaca. Jangan lupa katakan padaku bila ‘manfaat’ itu muncul pada anda.
Membaca membawaku
kedalam imajinasi liar, tentang apapun, tanpa batas. Karena imajinasi memnag
tak terbatas kan? Kecuali kita sendiri yang membatasinya. Lebih tinggi dari
langit, atau lebih tinggi dari surga? Bisa. Lebih lias dari dunia. Jadi pada
intinya, kita bisa mengelilingi dan meraba dunia lewat membaca. Bisa melihat
hitam dan putihnya dunia bahkan sekalipun kita buta, tetap bisa melakukannya.
Membentuk kepribadianku menjadi seorang pemimpi. Tapi percuma kalau hany
bermimpi, dunia membutuhkan tindakan, action, bukan bualan atau angan-angan.
Semua bacaan itu, rentetan huruf dan kata, memotivasiku sejauh ini. Menerangkan
sisi lain dunia yang masih tertutup kabut. Mematahkan ke-tidak-ber-niat-an-ku
dalan hal membaca.
Aku telah
menemukan suatu alasan untuk membaca. Alasan itu yang membukaan buku dan
menenggelamkanku padanya. Sehingga terbentuk aku yang sekarang, yang kurasa
jauh lebih baik dari dulu. Menciptakan ‘manfaat’ yang nyata dan tidak ambigu
lagi.
Membaca mengubah
hidupku, sudah jelas dari apa yang kujabarkan di atas. Tapi mungkin masih
banyak orang yang belum menemukan alasan untuk memulai membaca. Atau masih
bingung dengan kalimat ‘manfaat’ yang ambigu. Membacalah, dan lihat sendiri
keajaiban yang dibuat olehnya.
Kurekomendasikan
pada anda agar segera membaca. Sekarang juga, eh, dengan membaca tulisanku ini
anda telah memulai membaca juga. Tapi benar-benar ku anjurkan agar anda
membaca, mulai sekarang. Agar tidak menyesal nantinya. Karena ‘manfaat’ membaca
akan sangat anda rasakan. Membaca akan mengubah hidup kita. Pada intinya, untuk
saat ini, aku percaya dengan kebenaran kalimat pertama yang kutulis dalam
karangan ini.
Buku-buku itu
tidak akan mengejarmu, datangi dia dan baca, sekarang!